Mengeksplorasi peran sastra dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis

Mengeksplorasi peran sastra dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis
Ilustrasi membaca karya sastra

JurnalPost.com – Secara etimologis sastra berasal dari bahasa Sansekerta yaitu shastra. Sas diartikan sebagai “petunjuk”, sedangkan tra diartikan sebagai “sarana” atau “alat”. Jadi sastra berarti suatu sarana atau alat yang dijadikan pedoman. Dalam perkembangannya, penggunaan istilah sastra seringkali diawali dengan kata su (baik) sehingga menjadi sastra. Sastra diartikan sebagai sastra yang baik atau indah. Jadi dapat disimpulkan bahwa sastra merupakan media atau alat yang baik atau indah yang dapat dijadikan pedoman.

Sastra bukan sekadar sarana untuk melepaskan diri dari kebosanan rutinitas. Selain itu, sastra mempunyai lima fungsi. Fungsi sastra yang pertama adalah rekreatif, yaitu istirahat dari kegiatan yang membosankan. Kedua, didaktik, yaitu sastra sebagai pengajaran atau mendidik penikmatnya. Ketiga, estetika, yaitu keindahan yang diterima seseorang ketika menikmati karya sastra. Keempat, moralitas, yaitu penempatan sastra sebagai rambu-rambu moral mengenai baik atau buruk, boleh atau tidak boleh, dan sebagainya. Fungsi ini terkait dengan fungsi didaktik. Sebab, cara hidup masyarakat zaman dahulu merupakan sesuatu yang diciptakan oleh raja atau istana. Kelima, religius. Membaca karya sastra dapat meningkatkan keimanan seseorang kepada-Nya. Selain itu, membaca karya sastra akan memunculkan refleksi manusia terhadap kehadiran-Nya.

Kelima ciri tersebut menunjukkan bahwa sastra merupakan suatu hal yang sangat kompleks dan penuh dengan kebaikan. Banyak hal yang bisa kita peroleh dari karya sastra. Melalui penikmatan sastra, kita dapat menyegarkan pikiran, memperoleh kepuasan dan pembelajaran, meningkatkan ketakwaan, dan memperbaiki akhlak. Selain itu, wawasan kita juga bisa bertambah ketika kita menikmati karya sastra. Karya sastra juga dapat menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan kita berpikir kritis.

Lai ER (2011) mendefinisikan keterampilan berpikir kritis sebagai kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan atau memecahkan masalah, menganalisis argumen atau pendapat, mengevaluasi atau menilai, dan menarik kesimpulan. Berpikir kritis adalah kemampuan atau keterampilan yang berkaitan dengan berpikir kritis dan obyektif dalam mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan suatu informasi atau argumen tertentu. Perlu dikembangkan kemampuan berpikir kritis dalam proses pendidikan. Setiap individu atau siswa harus memiliki kemampuan berpikir kritis. Namun kemampuan berpikir kritis siswa di Indonesia masih cukup rendah.

READ  Kisah Marion Joly yang Garap Lagu "Serius" Rela Merinci dan Merakit Lirik dan Aransemennya Agar Dapat Diterima oleh Sebuah Label

Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa di Indonesia dibuktikan dengan hasil penelitian PISA. Pada tahun 2018, siswa Indonesia memperoleh nilai rata-rata 371 dalam membaca, melampaui nilai rata-rata OECD sebesar 481. Kemudian, dari nilai rata-rata OECD sebesar 487 dalam bidang matematika, siswa Indonesia memperoleh nilai rata-rata sebesar 379. Terakhir, siswa Indonesia memperoleh nilai rata-rata 379. skor rata-rata bidang sains sebesar 389 dari skor rata-rata OECD sebesar 389. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai kinerja yang rendah dengan kuadran ekuitas yang tinggi, namun nyatanya masih dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis karena mempunyai potensi dan kapasitas yang belum maksimal. dikembangkan.

Keterampilan berpikir kritis dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi faktor psikologis dan faktor fisiologis. Faktor psikologis terdiri dari kecemasan, motivasi dan perkembangan intelektual. Sedangkan faktor fisiologis terdiri dari interaksi, kemandirian belajar dan kebugaran jasmani. Jika motivasi, perkembangan intelektual, interaksi, kemandirian belajar dan kondisi fisik baik serta kecemasan rendah, maka kemampuan berpikir kritis dapat maksimal.

Keterampilan berpikir kritis di Indonesia harus dimaksimalkan. Hal ini karena berpikir kritis merupakan keterampilan yang sangat penting. Melalui berpikir kritis, kita dapat memecahkan masalah secara efektif dan efisien. Selain itu, berpikir kritis juga memudahkan kita menyaring informasi yang kita terima agar tidak mudah termakan berita bohong atau HOAX. Oleh karena itu, pemikiran kritis harus terus dikembangkan.

Sastra dapat menjadi wahana untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis dapat ditingkatkan dengan menafsirkan pesan melalui berbagai karakter, plot, latar, konflik, dll. Keberagaman ini memungkinkan pembaca untuk memikirkan, memahami, mempertanyakan, atau memastikan kompleksitas cerita. Hal ini tentu memerlukan pemikiran kritis. Kemampuan berpikir kritis melalui sastra dapat dicapai melalui tiga cara.

READ  Kemitraan Bisnis Sukses Di Samarinda Versi Kami

Pertama, dengan pemahaman yang tinggi. Tentu saja ada unsur internal dalam sebuah karya sastra. Unsur internal tersebut dapat berupa tema, alur, tokoh, tokoh, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan pesan. Dengan memahami unsur internal tersebut secara mendalam, pembaca belajar memaknai kata, kalimat, atau dialog dalam cerita, memperluas sudut pandang, dan memaknai pesan dalam karya sastra. Dengan cara ini kemampuan berpikir kritis pembaca dapat terasah dengan baik.

Kedua, dengan membaca kritis dan membangun empati. Melalui karya sastra, pembaca dituntut untuk mengevaluasi informasi, menyusun argumen, dan menafsirkan sudut pandang yang berbeda. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan analisis. Menafsirkan sudut pandang yang berbeda kemudian dapat membuat pemikiran pembaca terhadap sesuatu menjadi lebih terbuka. Hal ini dapat memperkuat kemampuan empati yang cukup penting untuk kemampuan berpikir kritis.

Ketiga, tumbuhnya imajinasi dan kreativitas. Ketika membaca karya sastra, pembaca mendapat gambaran tentang peristiwa yang digambarkan dalam kalimat. Pembaca kemudian secara tidak langsung mengolah kalimat dalam imajinasinya menjadi gambaran peristiwa tersebut. Membayangkan peristiwa-peristiwa tersebut akan memunculkan kreatifitas pembaca. Dengan demikian kreativitas dan imajinasi pembaca yang menunjang berpikir kritis akan hadir dan semakin halus.

Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dapat dilatih melalui sesuatu yang cukup sederhana yaitu sastra. Sastra sebagai sarana pengembangan berpikir kritis merupakan suatu hal yang baik. Dengan demikian, pembaca dapat melatih kemampuan berpikir kritisnya melalui kegiatan yang menyenangkan seperti membaca karya sastra atau menikmati karya sastra. Tentu saja membaca dan menikmati karya sastra sudah dikenalkan sejak Sekolah Dasar melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kita sering diminta menganalisis teks narasi, puisi, pantun, drama, dan lain sebagainya yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

READ  Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Pengamat: Kandidat perlu melihat langsung dedikasi guru

Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dapat dicapai melalui karya sastra. Sastra memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap unsur-unsur dasarnya dan bacaan kritis. Kemudian sastra juga dapat menjadi sarana membangun empati, menumbuhkan imajinasi dan kreativitas. Harapannya dengan banyaknya karya sastra yang muncul saat ini mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Dengan cara ini, kita terbiasa berpikir kritis untuk belajar memecahkan masalah secara efektif dan efisien.

Penulis:
Iklil Fauziah Salsabiil

Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *